Sabtu, 06 Desember 2008

Siapa Yang Dapat di Hipnotis?

Hypnotisability dapat diartikan secara bebas sebagai “kemampuan untuk dapat memasuki kondisi hipnotis” atau kemampuan seorang memasuki “Hypnosis State”.

Dalam pengertian praktis, maka seseorang hanya dapat dihipnotis, jika memenuhi 3 persyaratan utama, yaitu :

1.
Bersedia atau tidak menolak


Hipnotis terkait dengan pembukaan filter pikiran bawah sadar. Oleh karena itu jika seorang Subyek tidak nyaman atau menolak, secara otomatis filter pikiran bawah sadarnya akan tertutup.




2.
Memahami komunikasi


Hipnotis adalah penanaman pengertian yang dibentuk melalui komunikasi verbal dan non verbal. Jika seseorang memiliki gangguan panca indera (misal : gangguan pendengaran), maka sulit untuk menerima proses hipnotis. Demikian juga jika kata-kata kalimat dari Hypnotist tidak dipahami oleh Subyek, maka Subyek akan sulit untuk memasuki kondisi hipnotis.




3.
Memiliki kemampuan untuk fokus


Salah satu faktor penting yang dapat mempermudah pembukaan filter pikiran bawah sadar adalah fokus. Oleh karena itu bagi Subyek yang memiliki kesulitan serius dalam fokus, sulit untuk dipandu memasuki kondisi hipnotis.




Dari penjelasan di atas, dapat dipahami dengan jelas bahwa hipnotis membutuhkan kerjasama yang baik antara Subyek dengan Hypnotist. Bahkan dapat dikatakan bahwa Subyek memegang peranan utama, oleh karena itulah disebut sebagai “Subyek”.

Rabu, 14 November 2007

Hipnotherapy untuk anak Autisme

Hypnotherapy Sederhana Untuk Menangani Anak Penderita Autisme Yang Dapat Dilakukan Sendiri Oleh Para Orang Tua
Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa. Banyak hal yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit.

Dalam dunia medis dikenal istilah Psikosomatis, yaitu penyakit yang pada awalnya dipicu oleh suatu gangguan psikologis, tetapi kemudian berangsur-angsur menjelma menjadi penyakit fisik, contoh yang paling umum untuk penyakit jenis ini adalah Asma, yang seringkali dipicu oleh suatu kejadian traumatik di masa kecil.

Autis bukanlah penyakit yang sederhana, akan tetapi melalui konsep bahwa nilai-nilai yang terdapat di dalam pikiran bawah sadar dapat memicu berbagai hal, termasuk memicu otak dalam mengontrol tubuh fisik, maka Hypnotherapy dapat diterapkan untuk membantu penyembuhan penderita Autis.

Hypnotherapy adalah suatu metode dimana pasien dibimbing untuk melakukan relaksasi, dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan.

Secara konvensional, Hypnotherapy dapat diterapkan kepada mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu : (1). Bersedia dengan sukarela (2). Memiliki kemampuan untuk fokus (3). Memahami komunikasi verbal.
Pada anak penderita Autis permasalahan utama adalah ketidak-mampuan untuk fokus dalam waktu tertentu, sehingga seorang Hypnotherapist akan sangat kesulitan untuk membimbing anak penderita Autis untuk memasuki relaksasi atau imajinasi. Pada Hypnotherapy dari aliran Ericksonian memang dapat dilakukan suatu teknik-teknik khusus yang dapat membuka gerbang bawah sadar anak penderita Autis, akan tetapi tetap saja membutuhkan waktu yang sangat lama, serta dibutuhkan pengulangan-pengulangan, serta penanganan yang penuh kesabaran.

Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah dan benar, sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah Brainwave, yaitu : Beta, Alpha, Theta, dan Delta.

Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas normal. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14 – 24 Cps (diukur dengan perangkat EEG).

Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7 – 14 Cps.

Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta juga gelombang pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye Movement). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps.

Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 0.5 – 3.5 Cps.

Kondisi Hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang pikiran Alpha dan Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya.

Pada saat setiap orang menuju proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih berada di wilayah Theta.

Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara luar tidak dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sngat baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang bersangkutan.

Berdasarkan pemahaman sederhana di atas, maka bagi para orang tua yang memiliki anak penderita Autis, dapat melakukan Hypnotherapy dengan cara yang sangat sederhana, yaitu memberikan Sugesti pada saat anak dalam kondisi setengah tidur (Alpha – Theta). Sugesti yang diberikan adalah sugesti yang kiranya mengarah kepada kondisi atau perubahan-perubahan yang diinginkan dari perilaku yang terhambat oleh penyakit Autis tersebut.

Dengan kesabaran, dengan pengulangan-pengulangan terus menerus, maka pikiran bawah sadar anak akan mencerna dan selanjutnya akan membentuk nilai baru, bahkan perilaku baru. Pikiran bawah sadar mempunyai sifat netral dan cenderung memahami sesuatu yang diulang-ulang.

Sebagai informasi tambahan, beberapa peserta pada kelas pelatihan Hypnotherapy yang diadakan penulis adalah para orang tua yang memiliki anak penderita Autis. Teknik yang sangat sederhana ini bahkan telah dikembangkan secara lebih baik dengan membuat rekaman suara yang dapat diputar kembali pada saat anak menjelang tidur, sehingga proses menjadi lebih mudah, dan intensitas menjadi lebih tinggi.

Informasi yang sangat singkat dan sederhana ini semoga sedikit banyak dapat membantu para orang tua dari anak penderita Autis, sebagai therapy pendamping (supplementary) disamping metode medis yang tetap harus diberikan.